Minggu, 16 Juni 2013

Rempeyek "YUS"



Rempeyek Yus

Siapa yang tidak mengenal Rempeyek? Nama kerupuk gurih asli Indonesia tersebut tentu telah dikenal seluruan rakyat Indonesia. Sehingga namanya pun diabadikan dalam judul lagu dangdut group Trio Macan dengan judul “iwak Peyek”. 
Bu Yusro Merapikan Rempeyek Produksinya


Rempeyek merupakan kerupuk asli Indonesia. Rasa gurih dan renyah kerupuk tradisional masyarakat tersebut telah mebuat Ibu Yusro (40) mengembangkan usaha pembuatan Rempeyek. Istri dari Bapak Wahid (50) tersebut telah berhasil mengemas rempeyek menjadi salah satu oleh-oleh Kota Sumenep. 

Adapun jenis rempeyek yang dihasilkan memiliki beberapa varian rasa, yaitu:

  1. Rempeyek Kacang
  2. Rempeyek Teri
  3. Rempeyek Udang
  4. Rempeyek Bayam
    Jenis Repeyek
Rempeyek Yus ini dapat dengan mudah kita temui di Toko oleh-oleh khas Sumenep. Selain itu juga telah banyak pemesan rempeyek dari warung hingga restoran yang ada di Suemenep. Usaha pembuatan Rempeyek “Yus” ini beralamatkan di Jl. Raya Lenteng-Kebunagung di belakang SD. Kebunagung 2.

Sabtu, 08 Juni 2013

Tentang Desa Kebunagung

     Kebunagung adalah sepenggal desa yang menjadi saksi peninggalan sejarah atas bangkitnya Keraton Sumenep. Hamparan sungai terbentang membelah Desa Kebunagung yang memberikan nilai eksotis sebagai desa yang didukung oleh alam, perpaduan antara persawahan dan dataran tinggi sebagai panorama yang terencana secara ekologis. Desa Kebunagung berasal dari kata Kebun yang artinya hamparan tanah ladang. Sedangkan Agung adalah Karunia Alam yang besar/ menjadi tempat peristirahatan orang-orang yang agung. Hal ini menjadi bukti dan rincian sejarah kebangkian Sumenep, mutiara terkandung dan terlahir dari Desa Kebunagung, menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan sebagai saksi bisu. Desa Kebunagung tidak hanya sekedar obyek wisata relifi akan tetapi menjadi bagian dari rangkaian sejarah kebangkitan para Raja-raja Pulau Madura.

     Secara Geografis, Desa Kebunagung adalah perpaduan unsur kehidupan yang harmonis, dengan kondisi alam yang masih perawan, elok, harum dan menawan. Altar Bumi kebunagung menjadi sakral karena Kebun-Agung, menjadi persemayaman  "Wong Agung", yang jumlahnya mencapai ratusan yang menyebar di Desa Kebunagung. Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan oleh UGM Jogja kuburan tertua yang ada di Desa Kebunagung berada di sekitar abad ke IX, jadi sejak kerajaan Sriwijaya pertama Kebunagung sudah menorehkan tinta sejarah.

     Evolusi sang waktu yang kemudian memberikan inspirasi, bahwa Desa Kebunagung adalah Potensi alam yang harus dikelola sebagai aset yang terpendam. Didukung oleh terbangunnya jembatan Suramadu, maka segenap potensi generasi muda bangkit dan menyatu, bersatu mendulang harta karun yang terpendam di bumi Sumenep. Desa yang belum tederdesain sebagai desa Wisata Religi, dipopulerkan sentuhan tenaga muda yang potensi untuk mendesain desa wisata religi dengan konsep ekologi berkelanjutan. Enviroment go green country kebunagung religion dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung yang selama ini belum ada perencanaan secara spesifikasi dan proporsional.


     Beranjak untuk bengkit, bersatu, bertekad seluruh elemen muda di Kebunagung mulai merapatkan barisan untuk menyatakan sikap terhadap dampak lingkungan dengan konsep "Revolusi Hijau", sebagai pertahanan untuk tetap menjaga dampak global dari adanya arus gelombang para wisatawan yang meninggalkan sampah yang akan merusak dan merubah tatanan ekologi lingkungan. Proyek program pembangunan Desa Kebunagung, untuk menjadikan Desa Kebunagung sebagai desa Tujuan Wisata Religi yang tetap mempertahankan nilai kearifan lokal budaya. sebagai desa Hijau Lestari dan Mandiri "Enveroment green country country Kebunagung religion.

Proyek program Desa Kebunagung dengan konsep "Ekonomi Hijau" yang berkelanjutan :
  • Hijaukan lahan kosong sebagai hutan desa.
  • Perangi sampah plastik, bersihkan bumi dari bahan plastik jadikan nilai ekonomi.
  • Manfaatkan sampah organik untuk sumber kehidupan.
  • Jangan mencari lapangan kerja, namun ciptakan lapangan kerja.

Kamis, 06 Juni 2013

Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa, atau yang biasa disingkat dengan BPD adalah merupakan suatu kesatuan organisasi penting yang harus ada dalam tubuh pemerintahan desa. Pada pelaksanaannya tugas dari adanya BPD sebagai penengah, penyeimbang antara pemerintahan desa yaitu kepala desa, sekdes, perangkat desa  dan warga ketika ada sebuah perembukan masalah yang terjadi maupun yang direncanakan dalam program desa. Hal ini penting dalam semua kegiatan desa maka peran BPD haruslah ikut berperan dalam perizinan, persetujuan serta pengesahan.

Adapun Struktur Badan Permusyawaratan Desa Kebunagung Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep sebagai berikut : 






Nama      : R. SUHARTO WINATA
Tetala      : Sumenep,
Alamat     : Jl. Asta Tinggi Kebunagung
Jabatan   : Ketua BPD








Nama      : A. SUHARSONO
Tetala      : Sumenep,
Alamat     : Jl. Barito Kebunagung
Jabatan   : Wakil Ketua








Nama      : SYAIFUL BARI
Tetala      : Sumenep,
Alamat     : Jl. Raya Lenteng Kebunagung
Jabatan   : Sekretaris








Nama      : ADI SUCIPTO
Tetala      : Sumenep,
Alamat     : Jl. Pesantren Kebunagung
Jabatan   : Anggota








Nama      : ARDIANSYAH
Tetala      : Sumenep, 
Alamat     : Jl. Asta Tinggi Kebunagung
Jabatan   : Anggota

Rabu, 05 Juni 2013

Makam Tumenggung Yudanegara



Kompleks Makam Tumenggung Yudanegara
(Foto : Novi BmW, 17/02/2013)

Sekitar tahun 1672, Sumenep dipimpin oleh Raden Bugan (Raden Wangsajaya). Ia diangkat oleh Pangeran Trunojoyo penguasa Sampang, kemudian diberi gelar Pangeran Yudanegara. Saat menjadi penguasa Sumenep ia memperistri keponakan Pangeran Trunojoyo, yaitu Nyai Kani. Ayah Nyai Kani adalah Kyai Jumantara dari Sampang. Dari pernikahan tersebut dikaruniai empat putri, yaitu Raden Ayu Batur (Istri Adikara III, Bupati Pamekasan), Raden Ayu Artak (Istri Tumenggung Pulangjiwa, Bupati Suemenp), Raden Ayu Otok (Istri Pangeran Gatutkaca, Bupati Pamekasan), dan raden Ayu Kacang (Istri Raden Kanoman, Bupati Pamekasan) (Zulkarnain, I. Dkk. 2003).
Makam Pangeran Yudanegara berada di Banasokan, Desa Kebunagung, Kec. Kota Sumenep. Pada tahun 1222 Hijriyah (1807 M) Panembahan Natakusuma I membangun sebuah cungkup pada makam Pangeran Yudanegara. Hal pembangunan cungkup tersebut terukir pada sebuah prasasti yang dilekatkan pada dinding luar dekat pintu masuk cungkup Makam Pangeran Yudanegara.
 
Prasasti pada Cungkup Makam Tumenggung Yudanegara
(Foto : Novi BmW, 17/02/2013)

....hadal baiti..... hadal qubur al amir almandi sarro fi
Biladi Sumenep al musammi Pangeran Natakusuma wa kaana assollah fi yaumul jumat ahad ‘asaro
Yauman min Syahri Rojab .............. 1222 ‘Ali.... fadholla sSolah wa zakah
,... ‘Ala...... Al Anbiya’ wal mursalin Wa Ala Alihi Washohbihhi Ajmain.

Artinya:

.... ini rumah..... ini makam pemimpin pasukan (delegasi/barisan) rahasia (khusus) di
Negeri Sumenep, yang dikenal (bernama) Pangeran Natakusuma yang dalam kebaikan pada hari Jumat 11
Hari di Bulan Rojab ................ 1222 ‘......
 ................. (NB. Munib, 25/02/2013)

Babad Songennep (1921 : 70), menceritakan suasana makam Tumenggung Yudanegara ini. Bahwa lokasi berada di barat daya jembatan (di atas Sungai Kebonagung), dahulu sungai Kebonagung mengalir melewati barat kompleks makam. Namun pada tahun 1912 oleh pihak Belanda sungai dialirkan lewat timur kompleks makam, sehingga makam bagaikan dikelilingi sungai.
 
No. 5 menunjukkan lokasi makam Tumenggung Yudanegara
garis warna merah adalah bekas aliran Sungai sebelum 1912
(Kreasi Peta : Faiq Nur Fikri & Novi BmW)

Rujukan :
Werdisastra, R. 1921. Babad Songennep. Jakarta : Balai Pustaka

Zulkarnain, I. Dkk. 2003. Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep.

 Oleh : Novi BmW & Komunitas Songennep Tempo Doeloe

Asta Pangeran Hamza



Pangeran Hamza atau bergelar Kusuma Sinerangingrana ialah salah satu putra Sultan Abdurrachman Pakunataningrat, penguasa Sumenep tahun 1811-1854 M. Pada masa pemerintahan Sultan Abdurrachman ini, empat putranya diangkat sebagai staff kemiliteran, salah satunya adalah Pangeran Kusuma Sinerangingrana.
 
Pintu Gerbang Makam Pangeran Hamza
(Foto : Novi BmW, 24/02/2013)
Pangeran Kusuma Sinerangingrana berpangkat Letnan Kolonel, ia merupakan Komandan Pasukan Infantri. Kediamannya berada di Desa Kapanjin, sebelah timur laut Keraton Sumenep. Hingga kemudian ia lebih terkenal dengan sebutan “Pangeran Letnan” (Zulkarnain, I. Dkk. 2003).

Pasukan infantri Sumenep terkenal prestasinya dalam beberapa peperangan di berbagai pelosok Nusantara. Kesuksesan dalam berbagai pertempuran di pelosok Nusantara ini membuktikan peran penting Pangeran Letnan sebagai komandan pasukan infantri Keraton Sumenep kala itu.
Makam Pangeran Letnan berada di Asta Pangeran Hamza, Desa Kebonagung, Kab. Sumenep, Jawa Timur. Di sebelah makam Pangeran Letnan masih  terdapat beberapa makam yang berprasasti. Salah satu nisan berprasasti sagat indah berhias mahkota bersalip di puncaknya, prasasti tersebut berbunyi sebagai mana berikut:
 
Batu Nisan Istri Pangeran Letnan
(Foto : Novi BmW, 24/02/2013)
“Hadal qubur almarhumah raden ayu pangeran letnan kolonel kusuma sinerang ing rana binti ratu pamekasan wafat fi lailatul arba’a fi Syahri Zulqo’dah Hilal 6 .......... 1274”
Artinya:
“ini adalah makam almarhumah Raden Ayu Pangeran Letnan Kolonel Kusumasinerangingrana putri (dari) Ratu Pamekasan wafat pada malam rabu pada bulan Zulqo’dah Hilal (hari ke-)6 .........1274.” (Novi BmW, 25/02/2013)

Jadi makam tersebut merupakan makam Istri Pangeran Letnan, yang merupakan Putri penguasa Pamekasan. Ia wafat pada tahun 1274 H (1859 M).


Rujukan:

Zulkarnain, I. Dkk. 2003. Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep.


Oleh : Novi BmW & Komunitas Songennep Tempo Doeloe